“Kecil- kecil membahana, Dia meng-Kocok Perut”
Ia,
Pantun namanya. Apa itu pantun,,,,
sesuatu yang langkah untuk diperbincangkan. Sesuatu yang aneh dan
mungkin terkucilkan dari aktifitas sehari-hari. Namun, apa jadinya ketika
pantun berada di tangan AmboIndo milik tanah Sulawesi Selatan. Dengan pakaian
petua, mimic wajah yang tak biasa, dan kelincahan dalam berkata ( berpantun).
Pantun yang dulunya tak berenergi kini layak untuk diangkat. Berkat kolaborasi
keduanya dan music yang mengiringi, tawa penonton menjadi saksi betapa pantun
sungguh membahana dan mampu mengkocok perut.
Selain
aura positif yang ditimbulkan dari pantun lewat dua pasutri tua nan penyot itu
, ternyata pantun juga mampu membuat
penonton tak sadar sedang dikritik. Ini salah satu yang menjadi daya tarik pantun lewat Ambo dan Indo. Kritik
, nasehat-nasehat yang dilontarkan lewat pantun memiliki makna atau poin
penting dari performance keduanya. Tidak hanya tawa yang mengkocok perut
penonton melainkan ada kritik langsung yang disajikan dengan ‘malebbi’ . kritik
malebbi terjadi karena pantun membuat
orang yang dikritik turut menertawai diri sendiri . Performance ini merupakan
contoh unik mengkritik halus sesuatu.
Kritikan-kritikan
atau nasehat yang disampaikan AmboIndo tidak mengenal ‘siapa dia’. Dalam artian
entah itu kalangan petua-petua, kaula muda, hingga anak-anak menjadi pusat
perhatian keduanya. Tak jarang kabinet
pemerintahan, Kabinet Borikrasi Unhas, pelaku-pelaku pengamanan, dsb
turut menjadi sasaran bahan yang diangkat. Lagi-lagi diangkat untuk menjadi
bahan perhatian bersama yang dikritik malebbi, menyisahkan gelitik tawa di
wajah seluruh penonton yang hadir.
Model
katawa oleh kritikan pantun yang malebbi bermacam-macam. Mulai dari orang
dengan tertawa ditutup mulutnya dengan tangan, ada yang tertawa lepas tanpa
canggung. Ada yang ketawa sambil menunjuk-nunjuk AmboIndo dan beragam model
ketawa yang dimunculkan. Namun ada model ketawa yang menjadi favorit AmboIndo
ketika tampil yakni model ketawa oleh para pebesar-pebesar ( badan besar
maksudnya). Kenapa para pebesar? Karena jika mereka tertawa perut besar mereka
bergerak-gerak naik turun seperti kentang di film Tuyul dan ba’yul. Tawa peserta menjadi aura
positif massal dari power of pantun Ambo dan Indo.
Tidak
ingin berbicara banyak silahkan teman-teman intip sedikit model berpantun yang
membahana, mengkritik malebbi , mengkocak habis para penonon. Karya AmboIndo
Project. Yuk Marrri….
Jika Anda ingin menjadi salah satu saksi dari pantun model
Sul-Sel yang mengkocok perut ini, silahkan hubungi AmboIndo Project di UKM
Pantun Seni Kreatif UH. “From Nothing to Something”, AmboIndo Project. Salam
Budaya Kreatif, UKM Pantun dan Seni kreatif Universitas Hasanuddin.
“Pantun mengkocok perut, sekaligus jadi pantun kritik malebbi , I love it , kamu ….?”
Salam,
Rahmi Wisdha S.Dai
( Ponneng )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar